:D

:D

:D

:D

:D

:D

:D

Selasa, 14 April 2015

INFEKSI NOSOKOMIAL




. INFEKSI
 I. Pengertian
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ( kuman ) kedalam tubuh dan menyebabkan penyakit atau radang, mikroorganisme tersebut bisa berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi sebagian besar manusia diberbagai belahan bumi merupakan kemalangan yang menyebabkan orang pergi kefasilitas kesehatan serta menyebabkan kematian tertingi akibat penyakit. Proses masuknya infeksi  tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya :
1.      Reservior, adalah habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, baik berupa manusia, binatang , tumbuhan maupun tanah.
2.      Jalan masuk, adalah jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai mikroorganisme, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit dan lain – lain.
3.      Inang (host), tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung dengan ketahanan tubuh.
4.      Jalan keluar, adalah tempat keluarnya mikroorganisme dari reservior, seperti sistem pernapasan, sistem pemcernaan, alat kelamin dan lain – lain.
5.      Jalur penyebaran, adalah jalur yang dapat menyebabkan berbagai mikroorganisme keberbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan lain- lain.


Ada bermacam – macam infeksi yang kita kenal diantaranya :
1.      Infeksi oportunistik
2.      Infeksi Nosokomial.

I.1. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi kuman yang masuk pada tubuh manusia berdasarkan ketahanan tubuh, artinya kuman ini jarang menimbulkan penyakit bila siinang (tubuh) memiliki  imunokompetensi (immunocompetent ) yang kuat. Tapi sebaliknya bila tidak memiliki imunokompetensi yang kuat akan terserang  bahkan bisa menyebabkan kematian.
Adapun berikut adalah sebagian contoh – contoh kuman oportunistik yang berbahaya bagi tubuh :
1.      Esserecia colli. Kuman ini bisa menyebabkan diare, kuman ini terdapat pada air yang mengandung feses manusia. 
2.      Salmonella typhi. Kuman ini bisa menyebabkan penyakit tipoid, kuman ini terdapat pada makanan yang mengandung salmonella.
3.      Basillus anthars. Kuman ini menyebabkan penyakit antrak, terdapat pada daging dari hewan yang terkena penyakit antrak
4.      Stapilococcus saprophylicus, Kuman ini menyebabkan infeksi saluran kemih.
5.      Staphilococcus aureus, Kuman ini menyebabkan gangguan pernapasan atas dan juga pada kulit.
6.      Yersinia pestis. Kuman ini menyebabkan penyakit pes (plaque), penyakit ini terjadi karena gigitan hewan pengerat.
7.      Clostridium tetani, Kuman penyebab penyakit tetanus.
8.      M. Tubercollosis kuman yang menyebabkan penyakit TBC.
9.      Clostridium perfingens, penyebab selulit.
10.  Human Immunodeviciency virus (HIV), menyebabkan aids.
11.  Vibrio Cholerae, penyebab kolera atau diare berat.


I.2. Pengertian Infeksi nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan,  yaitu rumah sakit, puskesmas tempat praktik mandiri. Organisme yang menyebabkan infeksi nosokomial biasanya datang dari tubuh sipasien sendiri (flora endogen). Juga diperoleh dari kontak dengan staf (kontaminasi silang)  instrumen, pengunjung dan lingkungan (flora eksogen). Karena pasien umumnya selalu berpindah –pindah dan waktu rawat dirumah sakit lebih pendek, pasien sering dipulangkan ketika infeksi belum menjadi  nyata (timbul gejala) Kenyataannya pada pasien rawat inap atau rawat jalan infeksi menjadi nyata ketika mereka sudah pulang..
Infeksi nosokomial sering terjadi dirumah sakit, karena rumah sakit merupakan tempat dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat, ditempat ini  pasien mendapatkan perawatan dan terapi untuk dapat sembuh.Tetapi rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit baik yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang bersipat karier,atau juga dari lingkungan.

I.3.. Sumber – Sumber Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial bisa didapat dari beberapa sumber diantaranya :
1.      Pasien, Pasien merupakan unsur utama yang dapat menyebarkan infeksi ke pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2.      Petugas kesehatan, Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsungyang dapat menularkan berbagai kuman ketempat lain.
3.      Pengunjung, Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar kedalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4.      Sumber lain, Sumber lainnya adalah lingkungan rumah sakit, yang melliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, alat yang ada dirumah sakit, makanan yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan seballiknya.

I. 4. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak faktor (multi faktorial) baik yang ada pada diri (badan, tubuh ) penderita sendiri( pasien), maupun faktor yang ada disekitarnya.Setiap faktor itu hendaknya dicermati, diwaspadai dan dianggap berpotensi meninbulkan berbagai infeksi. Dengan mengenal faktor –faktor yang berpengaruh merupakan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
Semua petugas pelayanan medis (medical provider) harus benar-benar memahami hal ini, sehingga penderita yang masih dalam proses  perawatan  dapat terhindar dari infeksi nosokomial.  
Ada beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial diantaranya :
1.      Faktor yang ada pada diri penderita ( interistic faktor ), seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi, adanya penyakit lain, yang menyertai penyakit dasar. (multipatologi) beserta komplikasinya.
2.      Faktor Diluar sipenderita (extrinsic faktor) seperti, petugas,dokter, bangsal, lingkungan, peralatan, material, pengunjung, keluarga, makanan dan minuman.
3.       Keperawatan seperti, lamanya masa perawatan,(length of stay), menurunnya standar pelayanan perawatan serta padatnya penderita dalam ruangan.
4.      Faktor mikroba fatogen seperti tingkat kemampuan, invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) dengan penderita.
5.       Faktor  usia juga banyak mempengaruhi infeksi,usia yang sudah tua akan rentan sekali terjangkit penyakit, karena banyak sistim organnya sudah banyak mengalami kerusakan berbeda dengan usia muda.

I.5. Proses Terjadinya Infeksi Nosokomial
Proses terjadinya infeksi adalah ketika mikroba bertemu dengan penjamu yang rentan dan melalui beberapa tahap :

A.    Tahap I.
Mikroba bergerak menuju tempat yang menguntungkan (penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission ) yaitu dengan cara :
1.    Penularan langsung.
Penularan langsung melalui bersentuhan langsung dengan sipenderita misalkan
a.       Percikan darah atau cairan tubuh pada mata,hidung,mulut,atau melalui diskontiunitas permukaan kulit (luka atau lecet yang kecil).
b.      Dari petugas melalui droplet nucley yang berasal dari petugas, atau transfusi darah.
2.      Penularan tak langsung
Penularan tak langsung bisa melalui beberapa cara diantaranya :
a.       Vehide- borne yaitu penularan melalui benda- benda mati (fomite) seperti peralatan medis, bahan-bahan material medis, peralatan makanan atau minuman untuk penderita, pemasangan kateter, dan pembedahan.
b.      Vector –bone yaitu penularan / penyebaran melalui mikroba dengan perantara seperti lalat, luka terbuka (open waund) dan luka bakar.
c.       Food- bone yaitu penyebaran / penularan melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk sipenderita.
d.      Water- bone yaitu penularan melalui air.
e.       Air- bone yitu penularan melalui udara yang tidak bersih.
B .Tahap II.
Mikroba melakukan invasi kejaring atau organ penjamu (inang) dengan cara mencari akses masuk untuk masing – masing penyakit dengan berbagai proses diantaranya :
1.      Mikroba patogen masuk kejaringan atau organ melalui lesi kulit. Hal ini terjadi biasanya sewaktu melakukan insisi bedah atau melalui jarum suntik. Contohnya Virus hepatitis B.
2.      Mikroba masuk melalui kerusakan atau lesi mukosa saluran viosenikal karena tindakan infasi seperti :
a)      Tindakan kateterisasi
b)      Pemeriksaan tindakan ginekologi
c)      Pertolongan persalinan per-vaginan patologis, baik dengan bantuan instrumen.

3.      Dengan cara inhalasi, mikroba masuk melalui rongga hidung  menuju saluran nafas, partikel infeksiosa yang menular berada diudara dalam bentuk aerosol penularan langsung dapat melalui percikan ludah atau juga dari batuk dan bersin.contohnya virus influenza dan M.tubercollosis
4.      Dengan cara ingesti, mikroba masuk melalui mulut masuk kesaluran pencernaan terjadi saat makan dan minum dengan makanan yang terkontaminasi contohnya E. Colli.
C .Tahap III.
Setelah memperoleh akses masuk,mikroba segera melakukan invasidan mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan multiplikasi atau berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan walaupun adanya upaya perlawanan dari penjamu sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis, gangguan fisiologis atau fungsi jaringan.


I.8. Macam –Macam Infeksi nosokomial
Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh infeksi nosokomial yaitu diantaranya :
1.      Infeksi Saluran Kencing.
2.      Infeksi tempat pembedahan.
3.      Infeksi penggunaan alat intramuskular.
4.      Infeksi Maternal dan Bayi Baru Lahir.
5.      Infeksi Diare infeksius dan pengolahan pelayanan makanan dan air.

A. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Infeksi saluran kencing atau (ISK)  merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi dirumah sakit setiap tahunnya (Burke dan Zavasky 1999). Selain itu juga  hampir 80% infeksi nosokomial terjadi sesudah penggunaan instrument terutama kateterisasi(Asher,Oliver dan Fry 1986).
Infeksi ini terjadi karena organisme menyerang bagian tertentu sistim urin seperti ginjal, kandung kemih, prostat dan uretra. Sehingga menyebabkan infeksi, infeksi ini terjadi bisanya karena pemasangan kateter yang terlalu lama yaitu lebih dari 7- 10 hari (Garibaldi dkk 1980) atau karena urin dibiarkan mengalir ketempat atau kantong yang dibiarkan terbuka.

B. Infeksi Tempat Pembedahan
Infeksi ditempat bedah banyak faktor yang mempengaruhinya seperti dari sirkulasi udara, lamanya pembedahan pakaian pelindung pembedahan, persiapan pembedahan, alat bedah juga tehnik pembedahan
Penggunaan obat dalm pembedahan juga berpengaru, misalnya penggunaan antibiotik prabedah untuk mengurangi infeksi luka setelah pembedahan,namun kadang beresiko pada alergi dan toksin munculnya resistan dan interaksi obat (Nichols 2001). Pada umumnya jika terjadi infeksi pasien mengalami demam pasca bedah,yang diikuti dengan pengeluaran nanah, dari tempat insisi bedah, sepsis dan bahkan acap kali menyebabkan kematian (Joseph Lister 1980).
C. Infeksi Penggunaan Alat Intramuskular
Infeksi ini terjadi karena penggunaan alat intramuskular baik melalui vena maupun arteri untuk memasukan cairan steril, obat atau makanan. Karena kateter yang dimasukan melalui aliran darah vena atau arteri melewati mekanisme pertahanan kulit yang normal,alat ini membuka jalan untuk masuknya mikroorganisme dalam aliran darah.
Dengan pemasangan yang tidak menggunakan tehnik aseptik dan juga pengelolaan alat dengan tidak  baik setelah terpasang, infeksi ini bisa terjadi.misalkan pada saat pemasangan infus yang terkontaminasi oleh si petugas.
D. Infeksi  Maternal Dan Bayi Baru Lahir
Infeksi pasca persalinan menjadi nomor dua kematian dari perdarahan pasca persalinan dari kematian maternal, dan menjadi penyebab utama komplikasi maternal dari persalinan. Hal ini bisa terjadi disebabkan adanya perpindahan penyakit dari perempuan   ke perempuan lain dari tangan dokter (Sammelwis dan Holmea 1843). Contohnya infeksi selaput ketuban sebelum kelahiran, infeksi episiotomi dan infeksi seksio sesario.

Kulit bayi baru lahir merupakan tempat utama dan pertama untuk  kolonisasi bakteri, khususnya untuk Stafilococcus aureus yang diperoleh dari kamar bayi /ruangan, setiap lecet atau luka sayatan pada kulit memberikan kesempatan untuk terjadinya infeksi pada mikroorganisme patogen ini. Seperti luka terbuka pada tali pusat atau sunat jika dilakukan.
 D.  Diare Infeksius Dan Pengelolaan Pelayanan Makanan Dan Air
Diare nokosomial merupakan masalah umum dirumah sakit, fasilitas perawatan anak dan panti jompo(Link dkk 1997). Walaupun tidak terdaftar sebagai infeksi nosokomial yang paling umum, penelitian terakhir menunujukan bahwa diare nisokomial lebih sering terjadi dari pada yang dilaporkan, dan merupakan infeksi nosokimial yang palinh umum dibeberapa pusat kesehatan. Biaya dan morbiditas juga lebih besar dari pada yang diperkirakankarena diare sering tidak dilaporkan atau diteliti sebagai infeksi nookomial.(Farr1991)
Pengelolan makanan dan pelayanan air yang tidak benar juga menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi bisa terjadi makanan yang tidak bersih, wadah yang tidak bersih dan higienis atau dari sipembawa pelayanan makanan. Selain makanan air juga sangat berpengaruh seperti air untuk minum, juga sarana untuk hagiene personalnya(mandi,bak dan bab). Harus memadai karena jika air yang tersedia sangat terbatas bisa mempercepat infeksi.

I.9.1  Cara Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pada jaman dulu fokus utama penangan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi agar tidak terjadi. Infeksi serius pasca bedah merupakan masalah yang serius diberbagai negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit yang menular seperti aids dan hepatitis yang belum ditemukan obatnya.
Saat ini perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga pada pemberi pelayanan kesehatan (dokter,perawat,bidan) dan karyawan, atau pekaryawan, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruangan.
Inti dari upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah pada

masalah pengembangbiakan mikroba pada reservior serta penyebarannya dari reservior kependerita. Adapun langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah :
1)      Mentaati praktek penceghan infeksi yang dianjurkan terutama kesehatan dan kebersihan personal. Terutam kebersihan dan kesehatan tangan dengan menggunakan sarung tangan.
2)      Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian perlatan dan benda lain yang kotor diikuti dengan sterilisasi atau desifeksi tingkat tinggi.
3)      Meningkatakan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya dimana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi. Seperti ruangan perawatan.
4)      Menyediakan pasilitas yang bersih dan higienis seperti air dan makanan.

I.9.2.Tehnik pencegahan infeksi
Definisinya :
Beberapa tindakan pencegahan infeksi dapat dilakukan adalah :
1)      Aseptik atau Tehnik Aseptik.
Aseptik  atau tehnik aseptik adalah istilah umum yang biasa digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha  yang dilakukan dalam pencegahan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi  untuk menimbulkan infeksi. Tehnik  aseptik membuat prosedur lebih aman, teutama bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi)  mikroorganisme pada kulit. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangakan  jumlah mikroroganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat – alat kesehatan dapat digunakan dengan aman.
2)      Antiseptik.
Adalah upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3)      Dekontaminasi.
Adalah Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani olaeh petugas kesehatan dengan cara aman, sebelum prosedur pencucuian dilakukan. berbagai benda yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.misalkan peralatan medis,( sarung tangan) dan permukaan (meja pemeriksaan) harus didekontaminasikan segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
4)      Pencucian. (Mencuci dan Membilas)
Adalah tindakan - tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing (debu atau kotoran ) dari kulit atau instrumaen/ peralatan.
5)      Desinfeksi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda mati atau instrumen.Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan mnggunakan larutan kimia.Tindakan ini dapat menghilangakan semua mikroorganisme kecuali endospora.
6)      Sterilisasi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur,parasit dan virus) termasuk bakteri endospora pada benda- benda mati atau instrumen.

I.9.3. Prisip Prinsip Pengendalian Infeksi
Pengendalian Infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip – prinsip sebagai berikut
a.      Setiap orang (ibu,anak –anak, balita, bayi baru lahir,tim medis, manula dan siapa saja) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b.      Setiap orang harus dianggap beresiko terkena penyakit.
c.       Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah
d.      harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.
e.       Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap terkontaminasi.
f.        Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
 
I. 9. 4. Tindakan – Tindakan Pencegahan Infeksi
Ada beberapa cara yang efektif dalam berbagai praktek pencegahan infeksi h dari untuk mencegah penyebaran penyakit atau mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lain, atau dari peralatan keindividu (pasien atau petugas kesehatan) dapat dilakukan dengan meletakan penghalang diantara mikroorganisme dsn individu. Penghalang ini dapat berupa fisik, mekanik, atau kimia yang meliputi :
1.      Pencucian tangan
2.      Menggunakan pelindung diri, berupa  sarung tangan (kedua tangan ) dan perlengkapan pelindung lainnya
3.      Sterilisasi Dan Desinfeksi.
4.       Memproses alat bekas pakai
5.      Menangani Peralatan tajam dengan aman
6.      Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah dengan baik dan benar).
 1 . Pencucian Tangan
Mencuci tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan . Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala
kotoran , mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan, dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan.
Cuci tangan harus dilakukan :
1.      Segera setelah tiba ditempat kerja.
2.      Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan pasien.
3.      Setelah kontak fisik langsung dengan fasien.
4.       Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5.      Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi bisa terjadi melalui lubang atau robekan sarung tangan).
6.      Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (hidung,mulut, mata,vagina) meskipun pada saat itu sedang menggunakan sarung tangan.

7.      Setelah ke kamar mandi.
8.      Setelah pulang kerja.
Adapun cara mencuci tangan yang baik adalah sebagai berikut :
a.       Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
b.      Basahi tangan dengan air yang mengalir dan bersih
c.       Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau menggunakan sabun yang mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh), tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
d.      Bilas tangan dengan air yang mengalir dan bersih
e.       Biarkan tangan  kering dengan cara diangin- anginkan atau keringakan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering. (handuk tidak boleh berganti dengan orang lain).
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang lembab atau air yang tidak mengalir maka untuk itu kita melakukan pencucian tangan harus menggunakiseptan pedoman yaitu
1.      Bila pencucian menggunakan sabun padat (sabun tangan ) gunakan dalam ppotongan kecil dan diletakan dalam wadah yang dasarnya berlubang.
2.      Gunakan air yang mengalir, jangan mencuci tangan dengan mencelupkan tangan kedalam wadah, meskipun wadah tersebut telah diberi larutan antisetik.
3.      Buang air pada saluran pembuangan , bila tidak terdapat  saluran pembuangan, air dikumpulkan dalam baskom dan buang kesaluran limbah atau jamban kamar mandi.
Gambar  1.1 cara cuci tangan dengan tehnik 7 langkah
2. Perlindungan diri
A.    Memakai sarung tangan, pakai sarung tangan sebelum mnyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh yang lainnya), peralatan atau sampah yang terkontaminasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan kuman dan mencegah terjadinya resiko tertular penyakit.Adapun prosedur penggunaan sarung tangan yang benar yaitu :
1.      Gunakan sarung tangan yang steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak jaringan dibawah kulit, seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.
2.      Gunakan sarung tangan yang bersih untuk menangani darah atau  cairan tubuh.
3.      Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.
Berikut ini adalah tabel tentang prosedur tindakan yang memerlukan sarung tangan :
Tabel 1-1 : Prosedur atau tindakan yang memerlukan sarung tangan.
Prosedur / Tindakan
Perlu sarung Tangan
Sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi
Sarung tangan Steril
Memeriksa tekanan darah,
temperatur tubuh atau menyuntik
Tidak
Tidak
Tidak
Menolong persalinan dan kelahiran bayi
,menjahit laserasi atau epistomi
Ya
Bisa diterima
Dianjurkan
Mengambil contoh darah atau pemasangan IV
Ya
Tidak
Tidak
Mengisap lendir dari jalan nafas bayi baru lahir
Ya
Ya
Tidak
Memegang dan membersihkan alat yang terkontaminasi
Ya
Tidak
Tidak
Membersihkan percikan darah atau tubuh
Ya
Tidak
Tidak
Memegang sampah yang terkontaminasi
Ya
Tidak
Tidak

Jika sterilisasi tidak memungkinkan, sarung tangan desinfeksi tingkat tinngi adalah satu- satunya alternatif yang bisa diterima. Dapat juga menggunakan sarung tangan periksa yang bersih. Sarung tangan tebal atau sarung tangan lateks untuk membuang sampah.
Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan. Tapi jika sarananya sangat terbatas,sarung tangan bekas pakai bisa diproses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas,disinfeksi tingkat tinggi atau steirlisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin ada robekan / lubang yang tidak terlihat.
B.     Menggunakan pelindung diri lainnya bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme dengan cara mengurangi dan membatasi petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. seperti penggunaan masker, kaca mata pelindung, sepatu boot atau sepatu tertutup, apron dan baju operasi.



 

               


Gambar.2 perlindungan diri


3. Sterilisasi dan desinfeksi
1.)    Sterilisasi
Sterilisasi adalah merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupanmikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman atau patogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi penguapan, sterilisasi panas kering,sterilissasi gas, dan sterilisasi sinar violet. Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan sterilisasi diantaranya :
A.    Sterilisator (alat untuk mensteril ) harus siap pakai, bersih dan masih berfunngsi.
B.     Peralatan yang akan disterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan steril.
C.     Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril.
D.    Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu menteril selesai.
E.     Memindahkan alat steril kedalam tempatnya dengan korentang steril.
F.      Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus melakukan sterilisasi ulang.
2.).  Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup kecuali endospora bakteri. Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dilakukan  dengan membunuh spora ayng terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, menjemur dan  merendam untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengkondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek, kandungan zat organik, tipe dan tingkat kontaminsi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kelainan objek, suhu, serta derajat ph.

Jenis jenis larutan antiseptik yang bisa diterima dan bisa dipakai.
1.      Alkohol 60- 90% : etil, isopropil atau metil spiritus.
2.      Setrimid atau Klorheksidin glukonat berbagai konsentrasi.
3.      Klorheksidin glukonat 4%.
4.      Heksaklorofen 3%
5.      Paraklorometaksilenol (PMX atau kloroksilenol).
6.      Iodine 1-3%
7.      Iodofor berbagai konsentrasi.
8.      Klorin pemutih 0,5%
9.      Glutaraldehida.

4. Memproses Alat Bekas Pakai
Tiga proses pokok yang direkomndasikan untuk proses peralatan dan benda- benda lain dalam upaya pencegahaninfeksi adalah :
a.       Dekontaminasi
b.      Pencucian dan pembilasan
c.       Desinfeksi tingkat tinggi dn sterilisasi
Benda – benda steril harus disimpan dalam keadaan kering dan bebas dari debu. Jaga agar pembungkusnya agar tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan lagi hingga satu minggu setelah proses. Peralatan steril yang terbungkus dalam kantong plastik bersegel, tetap kering dan utuh masih dpat digunakan satu bulan setelah proses.
Peralatan dan bahan desinfeksi tingkat tinggi dpat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi, masih boleh digunakan dalam kisaran waktu satu minggu asalkan tetap karing dan bebas debu. Jika peralatan tersebut tidak digunakan dalam jangka waktu tersebut, maka peralatan harus kembali diproses.

5. Menangani Peralatan Tajam dan Aman
Penggunan benda tajam yang tidak aman dan benar bisa membuat perlukaan misalnya terkena tusuk jarum merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatiris B. Oleh karena itu harus diperhatikan cara – cara penanganan :
a)      Letakan benda – benda tajam diatas baki steril atau dtt atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan untuk meletakan dan mengambil peralatan tajam.

b)      Hati –hati pada saat penyuntikan agar  tidak luka tusuk secara sengaja.
c)      Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit, jangan pernah memegang ujung jarum dengan tangan.
d)     Jangan melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum dari penutupnya ketika dibuang.
e)      Buang benda- benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah 2/3 penuh. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar dalam insinerator.
f)       Jika benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insenerasi bilas 3 kali dengan larutan klorin 0.5% (dekontaminasi) kemudian kuburkan.

6. Menjaga Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan (Pengelolaan sampah)
Menjaga sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu pencegahan infeksi nosokomial seperti ruangan yang bersih meliputi pembersihan lantai, meja, lemari pasien,penggantian linen. ventilasi dan cahaya yang cukup penyediaan fasilitas dan penataan ruangan yang benar juga sangat berpengaruh, artinya penempatan pasien sesuai kafasitas ruangan tidak adanya penumpukan pasien dalam satu ruangan.
Pengelolaan sampah juga harus diperhatikan dan dibedakan sesui jenisnya, tempat dan pembuangan juga harus disesuaikan, sampah bisa terkontaminasi dan juga tidak terkontaminasi. Sampah tidak terkontaminasi tidak mengandung resiko bagi petugas yang menanganinya. Seperti plastik,  kertas, kotak, botol wadah plastik dan makanan. Semuanya ini dibuang dengan metode biasa atau dikirim kedinas pembuangan sampah.
Sedangkan sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat seperti darah, nanah, urin, feses dan duh tubuh lainnya. Ada juga benda – benda lain seperti bekas pembalut luka, jarum suntik, piasu bedah, kapas, kasa yang terkena darah.
Selain sampah –sampah tersebut ada juga sampah yang tidak mengandung bahan infeksius tetapi digolongkan berbahaya karena mempunyai potensi berbahaya pada lingkungan seperti :
1.      Bahan – bahan kimia atau farmasi yang sudah kadarluasa.
2.      Sampah sitotoksis (obat-obatan untuk kemoterapi).
3.      Sampah yang mengandung air berat seperti air raksa dari termometer yang pecah,tensimeter, bahan – bahan bekas gigi dan kadmium dari batre yang dibuang.
4.      Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang.
Berdasarkan karakteristiknya, sampah dibagi atas :
1.      Kandungan Zat / Kimia yaitu berdasarkan kandungan zat kimianya sampah terdiri atas sampah organic dan anorganik. Sampah organic adalah sampah yang tidak membusuk seperti logam, pecahan gelas, plastic dan lain- lain, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang dapat membusuk. Seperti sisa makanan
2.      Dapat dan tidak terbakar yaitu berdasrkan ketentuan ini sampah bdi bagi menjadi dua yaitu bisa dibakar seperti kertas, karet \, plastic dan lain- lain, sedangkan yang tidak bias di bakar adalah kaleng bekas, logam berat, besi dan lain – lain.
Setelah mengetahui bahwa sampah terkontaminasi  pembuangan harus benar –benar baik  yaitu meliputi :
1)      Membuang sampah cair pada system pembuangan yang tertutup.
2)      Insinerisasi (penbakaran), untuk menghancurkan bahan –bahan sekaligus mikroorganisme.
3)      Menguburkan.







IV. KESIMPULAN

Daya ultrasonic adalah bunyi yang dihasilkan diatas 2o mhz, ultrasonic juga bisa digunakan  untuk mengdiagnosis penyakit juga bias juga untuk mengobati. Setiap orang bisa terkena infeksi jika memiliki ketahanan tubuh yang tidak kuat, dan cara hidup yang tidak sehat juga penyebabnya.
Selain  tempat untuk menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga bisa menjadi depot penyakit, yang ditularakn melalui pasien lain, dari tim medis, juga lingkungan disekitarnya dari pengunjung , makanan dan peralatan yang digunakan. Siapapun bisa beresiko sebagai pembawa infeksi dan bisa terkena infeksi.
Infeksi nosokomial bisa dicegah jika melakukan tindakan praktik yang benar sesuai ketentuan dan melakukan pencegah dengan mengacu pada pengendalian infeksi.



V.  DAFTAR PUSTAKA
Uliyah Musrifatul & A. Azis Alimul hidayat. 2008, Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal dan Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta : JNPK-KR.
JNPK- KR. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta : JNPK-KR.
Gabriel. J. F. 1996, Fisika Kedokteran. Bali : EGC
Wiklepedia Indonesia.
Fausto Abbas Kumar Mitchell. 2009, Buku saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar